Marunda Center

BAB I

Marunda adalah kelurahan di kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Indonesia. Kelurahan ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Cilincing di sebelah barat, Kabupaten Bekasi di sebelah timur dan Rorotan di sebelah selatan. Menurut kisah turun-temurun di sinilah tempat Si Pitung, Jagoan Betawi tinggal.
Si Pitung adalah salah satu pendekar betawi berasal dari kampung Rawabelong Jakarta Barat. Selain itu Si Pitung menggambarkan sosok pendekar yang suka membela kebenaran dalam menghadapi ketidakadilan yang ditimbulkan oleh penguasa Hindia Belanda pada masa itu. Kisah pendekar Si Pitung ini diyakini nyata keberadaannya oleh para tokoh masyarakat Betawi terutama di daerah Kampung Marunda di mana terdapat sebuah Rumah dan Masjid lama.
Rumah Si Pitung di Kampung Marunda mempunyai halaman seluas 700 meter persegi. Rumah Si Pitung memiliki model panggung yang didominasi warna cat merah delima. Bangunannya memiliki panjang 24 meter dan lebar 15 meter. Ada sekitar 40 buah tiang setinggi dua meter untuk menopang bangunan ini. Selain Rumah Si Pitung, Kampung Marunda Pulo juga memiliki masjid tertua tempat si Pitung sempat singgah dan menuaikan sholat, Masjid Al Alam Marunda namanya. Kehadiran Pitung membuat masjid ini dikenal dan tersohor dengan nama Masjid Si Pitung.
Masjid Al Alam atau Masjid Si Pitung berdiri sekitar abad ke 16. Posisinya masih di Kampung Marunda Pulo, namun lebih dekat menuju bibir Pantai Marunda, Jakarta Utara. Jaraknya hanya 200 meter dari Rumah Si Pitung. Dalam beberapa catatan sejarah, masjid ini dibangun Fatahillah pada 1527. Cerita waga setempat secara turun temurun, konon Masjid Al Alam ini hanya dibuat dalam satu malam. Arsitekturnya mengingatkan kita pada bangunan Masjid Agung Demak.
Bentuk bangunan masih dipertahankan aslinya. Masjid ini ukurannya tak lebih dari mushala, luasnya 64 meter persegi (8 x 8 meter). Peninggalan orisinal, terdapat pada empat pilar besar bantet penyangga masjid. Empat pilar konon mengandung filosofi pegangan hidup umat manusia : Islam, iman, ilmu, dan amal.
Dulunya, Pitung menggunakan masjid ini untuk bersembunyi. Di masjid ini dia bisa tak terlihat dari kejaran kompeni (Belanda). Catatan sejarah yang mengiringi perjalanan rumah Allah ini membuat Masjid Al Alam menjadi lokasi ziarah favorit para pengunjung senusantara. Biasanya, pengunjung tumplek pada saat hari-hari raya Islam, termasuk Idul Fitri. Tak lengkap pula rasanya jika berkunjung ke masjid ini tanpa mengambil air wudhu di Sumur Tiga Rasa. Sumur kecil yang terletak persis di sisi sebelah kiri masjid. Nama sumur diambil lantaran airnya memiliki tiga rasa : asin, pahit, dan payau rasa air rawa. Sejumlah penduduk meyakini, atas izin Allah, air di sumur ini juga berkhasiat untuk menyembuhkan segala macam penyakit.
Sumber:


Comments